Pengungsi Erupsi Gunung Lewotobi di NTT Mulai Terserang Infeksi Saluran Pernapasan

Pengungsi Erupsi Gunung Lewotobi di NTT Mulai Terserang Infeksi Saluran Pernapasan

REPUBLIKNEWS.CO.ID, FLORES TIMUR — Korban terdampak erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT) mulai dilanda Infeksi Saluran Pernapasan akut (ISPA) akibat paparan abu vulkanik Gunung Lewotobi.

Sejumlah warga yang tersebar di tenda- tenda tenda pengungsian hampir mengeluhkan hal yang sama akibat dari kondisi udara yang kurang sehat dan beban mental selama di pengungsian membuat pengungsi terserang penyakit, seperti hipertensi, sakit kepala, demam, dan ISPA.

Yosep Puka (38) warga desa Dulipali,  Kecamatan Ile Bura, Kabupaten Flores Timur,  Provinsi Nusa Tenggara Timur mengungkapkan kondisi kesehatannya juga terganggu akibat dari paparan abu vulkanik Gunung Lewotobi.

“Penyebaran abu vulkanik ini membuat kami sakit. Saya mengalami batuk- batuk,” ungkap Yosep kepad Republiknews.co.id,  Minggu (8/01/2024).

Yosep menambahkan, meski pun ia tinggal di tenda pengungsian, namun sesekali Ia memilih kembali ke rumah untuk mengecek kondisi tempat tinggal dan mengambil barang-barang yang diperlukan selama di posko.

Ia juga berharap bencana alam ini segera berlalu agar masyarakat dapat kembali beraktivitas.

Untuk memenuhi kebutuhan kesehatan warga pengungsi, sudah disediakan posko kesehatan. Relawan tim dokter secara berkala juga mengunjungi tenda-tenda untuk memeriksa warga.

Dari pantauan, posko pengungsian didominasi oleh ibu-ibu dan anak-anak. Mereka mengungsi hingga status gunung yang memiliki ketinggian 1.584 meter di permukaan laut kembali aman.

  • Erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki membuat ribuan orang mengungsi.

Gunung Lewotobi Laki-laki di Nusa Tenggara Timur (NTT) mengalami erupsi dalam beberapa hari terakhir membuat lebih dari 2.000 orang mengungsi, sekolah diliburkan dan bandara ditutup.

Sebagian pengungsi mengaku membutuhkan makanan, obat-obatan dan air bersih.

“Untuk makanan nasi sudah ada, tapi mau makan ada [lauk] dengan apa?” kata seorang pengungsi.

Menurut laporan PVMBG, gunung yang memiliki ketinggian 1.584 mdpl, mengalami peningkatan aktivitas sejak awal Desember 2023.

Ketika pergantian tahun, statusnya naik menjadi ‘Siaga’ di mana masyarakat diperingatkan tidak melakukan aktivitas di radius tiga kilometer dari pusat erupsi. (*)

Penulis : Tarwan Stanis